Tampilkan postingan dengan label jurnalistik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jurnalistik. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 November 2008

herman O. lantang




Herman Lantang: Habis Pensiun, Jual Kue
Jakarta, KCM


Herman O Lantang, sahabat tokoh pergerakan mahasiswa 1960-an Soe Hok-gie, memiliki keahlian memasak. Kini, sesudah pensiun bekerja dari perusahaan minyak, pria yang dalam film Gie diperani oleh Lukman Sardi ini sejak dua bulan lalu membuka usaha boga sesuai kepandaiannya di luar mendaki gunung dan mengarungi sungai.
Si empunya nomor anggota Mapala UI (Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia) M 016 UI, yang juga mantan ketua Mapala UI (1972-1974), ini kini memiliki toko kue Kelapa Tiga Taart Tempo Doeloe. Kelapa Tiga adalah nama jalan di mana rumah sekaligus tempat usahanya tersebut berada di Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Kata lelaki yang bertubuh lebih tinggi daripada Gie (tak seperti dalam film Gie) ini, ia menjual kue-kue istimewa. "Yang saya jual kue-kue istimewa, kue-kue klasik Belanda," tuturnya kepada KCM, Minggu (17/7) sore.
Sisi lain keseharian Herman itu disampaikan olehnya selepas acara menonton--bersama Mapala UI--film Gie di gedung bioskop 21 Cilandak Town Square, Jakarta Selatan. Acara tersebut digelar serangkai dengan peluncuran buku Jejak Kampus di Jalan Alam, 40 Tahun Mapala UI di Score!, Cilandak Town Square, dan reuni Mapala UI.
Kata Herman lagi, yang didampingi oleh satu dari tiga anaknya, ia memasak sendiri kue-kue itu. Akunya, ia memiliki banyak buku resep kue klasik Belanda, sebut saja oentbijkoek dan klappertaart. Selain itu, "Saya, sebagai orang Manado kan punya banyak tante yang jago masak kue Belanda," lanjut mantan mahasiswa Jurusan Antropologi Fakultas Sastra UI (FSUI) ini.
Cerita Herman, untuk sebuah acara pemutaran film Gie di Jakarta belum lama ini, Mira Lesmana memesan salah satu jenis kuenya dalam jumlah besar.
Di luar soal kue, sehabis menonton film Gie, Herman menilai bahwa film tersebut sudah berhasil menyampaikan misi Gie, sahabatnya yang meninggal dunia di pangkuannya di Gunung Semeru, 16 Desember 1969. "Misi Soe Hok-gie, mencintai alam dan negeri ini," ujar mantan Ketua Senat FSUI ini.
Soal tampilan fisik Nicholas Saputra dan Lukman Sardi, yang tak mirip Gie dan Herman pada 1960-an, Herman tidak memasalahkan. "Saya bisa mengerti kok, Nicholas Saputra, yang ganteng, dipasang untuk menarik penonton. Kalau bukan dia yang dipasang, nanti enggak ada yang menonton," celoteh lelaki berusia 60-an yang gondrong dan beruban ini.
Pendapatnya, "Kalau tampilan fisik para pemainnya mirip, tapi mereka enggak bisa menjiwai karakter kami, ya percuma." Menurutnya, Nico dan Lukman sudah bisa menjiwai karakter Gie dan Lukman. "Sampai gaya jalan Gie, gaya berdiri saya," imbuhnya.

pahlawan yoyo



Oleh : Irma Tambunan
Kedatangannya ke Sudan di Benua Afrika menjadikan Oke Rosgana bak pahlawan muda. “Yoyo man! Indonesia!” demikian anak-anak kecil setempat memanggil-manggil saat ia melintasi sebuah pasar di kota Medanny. Orang yang juga mengenalinya menyebut: Rosgana, the yoyo hero from Indonesia.Oke lalu disambut puluhan jurnalis, dari enam media elektronik dan 15 surat kabar, melalui sebuah acara jumpa pers. Salah satu televisi swasta di Khartoum bahkan secara khusus menghadirkannya sebagai bintang tamu untuk acara Step By Step.Program semi talk show yang disajikan untuk kalangan anak muda ini mengupas perjalanan seseorang menjadi bintang. Oke disorot atas keberhasilannya sebagai bintang yoyo yang mendunia meski di negeri sendiri belum banyak dikenal.
Kedatangannya ke negeri itu, Juni 2007, bukanlah kebetulan. Oke dilirik sebuah perusahaan susu terkemuka setempat untuk mengakrabkan anak-anak terhadap permainan yoyo ke sejumlah kota secara khusus selama lima pekan. Permainan yang mungkin telah diakrabi oleh mayoritas anak-anak itu ternyata mendunia dan cukup bergengsi. Ada anggapan, seorang remaja tidak lagi akan diremehkan apabila telah memiliki kemampuan memainkan yoyo. Semakin tinggi teknik yang dikuasai, orang akan semakin terkagum-kagum kepadanya.
Selama pertunjukan keliling, Oke bermain yoyo di atas truk besar yang diubah menjadi panggung. Setiap hari dilaksanakan dua kali pertunjukan pada sekolah-sekolah internasional di Khartoum. Pertunjukan yoyo juga digelar di kawasan perkampungan, tengah lapangan, taman-taman bermain, pasar, hingga mal. Yoyo diperkenalkan kepada siapa saja tanpa mengenal kelas ekonomi atau warna kulit.
“Banyak orang yang melihat dan antusiasme masyarakat sangat besar terhadap pertunjukan yoyo, bahkan tak hanya anak-anak. Orang tua juga tertarik,” ujarnya.
Hari terakhir di Sudan, Oke dijemput lebih pagi dari biasanya oleh pihak pabrik. Ia sebenarnya mengira bahwa hari itu akan lebih santai karena tidak ada pertunjukan. Ternyata tidak. Serombongan motor polisi, 12 truk, dan puluhan mobil lain mengajaknya berkonvoi sebagai salam perpisahan.
“Aku sangat terharu dengan penghargaan yang mereka berikan,” tuturnya.
Permainan anak kecil
Bagaimana rasa haru itu tidak muncul. Di negerinya sendiri, yoyo masih lebih dikenal sebagai permainan anak kecil di kampung-kampung. Sekarang ini tidak banyak anak yang bisa memainkannya. Yoyo pun sudah jarang beredar di toko-toko mainan.
Oke sendiri baru tertarik kembali pada yoyo sekitar tahun 2000. Saat itu, juara kompetisi yoyo sedunia, Yohanes van Elzen dari Amerika Serikat (AS), datang ke Indonesia untuk mempromosikan yoyo tipe high end.
Teknik bermainnya jauh dari bayangan Oke semasa kecil. “Yang aku tahu, yoyo hanya mainan dari kayu yang dilepas ke bawah dengan tali, lalu ditarik kembali sampai ke genggaman tangan. Tapi, permainan yoyo yang ini ternyata dahsyat,” tuturnya.
Misalnya saja, ada teknik string tricks, memainkan yoyo saat berputar di salah satu ujung tali. Ada lagi, double looping, trik memainkan dua yoyo sekaligus pada kedua tangan. Ini tentu rumit karena otak kiri maupun kanan dimanfaatkan betul. Kalau teknik off string, tali tidak terikat. Yoyo dimainkan di tengah-tengah tali yang dikendalikan oleh kedua tangan.
Van Elzen telah kembali ke negerinya, namun ketertarikan Oke justru semakin tumbuh. Ia pun menjelajahi dunia internet, mencari tahu seluk-beluk permainan ini. Dari situlah bapak satu anak ini baru mengetahui bahwa yoyo adalah mainan tertua kedua di dunia, tentunya setelah boneka. Di Yunani, yoyo dijadikan indikator kedewasaan seseorang. Ketika mampu memainkannya dengan mahir, seorang remaja dapat dinyatakan mulai dewasa dan cerdas.
Dari internet juga Oke mengetahui ada banyak orang yang bergelut dengan yoyo secara profesional. Mereka membentuk milis komunitas pencinta yoyo. Mereka menggelar kompetisi hingga bertaraf dunia. Sejumlah pabrik khusus dibangun untuk memproduksi yoyo-yoyo keluaran terbaru dengan bentuk dan desain beragam.
Saking terobsesinya, Oke membeli tiga yoyo sekaligus seharga Rp 1 juta melalui internet. Bahannya bukan dari kayu, tapi karet padat. “Dulu kita tahu harga yoyo paling-paling Rp 500. Tapi, karena begitu tertarik untuk mempelajarinya lagi, aku bela-belain beli yoyo yang ini. Saat itu aku menganggap, ini yoyo termahalku,” ujarnya sambil menunjukkan koleksi yoyonya yang kini berjumlah 150-an buah.
Mungkin karena sadar harganya mahal, Oke bertekad serius bergelut dengan mainan ini. Dari situlah, ia kemudian menguasai sekitar 30 trik yoyo berikut turunan-turunannya. Ia juga memadukan permainan yoyo dengan gasing.
Desainer yoyo
Ketertarikan Oke tidak hanya bermain, tetapi juga mendesain yoyo. Setelah memenangi sebuah kontes desain yoyo yang diadakan sebuah pabrik di AS, hasil karyanya mulai beredar. Berikutnya, tawaran membikin desain yoyo mulai berdatangan. Pabrik yoyo Hispin dan Radiyoactive di Afrika Selatan, serta YoyoGuy dan Skill Toys di AS, menjadi pelanggan desain buatannya. Tak puas sampai di situ, ia memproduksi sendiri yoyo dengan merek “RozzoR”.
Pakar yoyo dunia mulai meliriknya, lalu mengundang Oke menjadi juri dalam Asia Pacific Yoyo Contest 2006 di Genting Highland, Malaysia. Lalu, sekembalinya ke Tanah Air, staf Dinas Pariwisata Kabupaten Subang, Jawa Barat, ini mencoba mempromosikan yoyo ke sekolah. Di SMAN I Subang, permainan yoyo berhasil menjadi ekstrakurikuler sejak satu tahun terakhir dan Oke menjadi gurunya. Ia juga membentuk komunitas yoyo yang kini beranggotakan sekitar 140 orang di sekitar Subang, Bandung, dan Jakarta.
Yoyo tentunya tidak sekadar permainan. Oke meyakini ini salah satu alat pengolahan otak kanan dan kiri manusia. Ia sendiri merasakan dan memerhatikan, sejak menekuninya, pola berpikir menjadi lebih positif, emosi lebih terkendali, dan jadi lebih tekun. Ia pun menyemangati anak-anak didiknya dalam ekstrakurikuler bahwa permainan ini mendukung aktivitas belajar mereka.
BiodataNama: Oke RosganaLahir: Bandung, 20 Oktober 1975Pendidikan: S-1 Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, tamat 2002Pekerjaan: Staf Dinas Pariwisata Kabupaten SubangIstri: Milda Halida (30)Anak: Hasya Azka Syahida (tujuh bulan)Membentuk komunitas pencinta yoyo, sekaligus membangun milis yoyoindonesia@yahoogroups.comMemenangi kontes “30 Menit Menjadi Bintang” yang diadakan salah satu televisi swastaMenjadi peserta Asia Pacific Yoyo Contest 2005Menjadi juri Asia Pacific Yoyo Contest 2006 di MalaysiaMengajar anak-anak bermain yoyo selama lima bulan di SudanDesain-desainnya telah dipakai empat pabrik yoyo yang dipasarkan ke seluruh dunia
Sumber: Kompas, Senin 22 Oktober 2007

Kamis pagi, 21 Agustus 2008, sebuah pesan pendek masuk ke no handphone saya. Dari Oke SR95 Yoyo, isinya : ‘Salam, apa kabar? Wah saya pengen ngisi acara sahur dan buka selama ramadhan ini. Mungkin gak ya. Kalo ada job kabari ya. Makasih. -oke rosgana

Oke adalah kawan satu kampus yang telah lama saya kenal. Mungkin sejak awal tahun 1996, saat dia mulai sering bermain yoyo di lapangan rumput liga film mahasiswa -lfm- itb. Lapangan rumput yang sering saya lewati saat berkuliah dahulu. Bagi saya, oke adalah contoh konsistensi menjadikan sebuah hobi menjadi sebuah mata pencaharian yang justru lebih banyak menghasilkan dibandingkan status dia sebagai calon pegawai negeri sipil di Pemerintah Daerah Kabupaten Subang.

pahlawan sastra indonesia


Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu pada tanggal 24 Juni 1941 adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.
Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra.
Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.
Sejumlah sajaknya telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Calcutta, India), Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia) dan dalam dua antologi berbahasa Belanda: Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979). Pada tahun 1979, Sutardji dianugerah hadiah South East Asia Writer Awards atas prestasinya dalam sastra di Bangkok, Thailand.
O Amuk Kapak merupakan penerbitan yang lengkap sajak-sajak Calzoum Bachri dari periode penulisan 1966 sampai 1979. Tiga kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas pembaharuan yang dilakukannya terhadap puisi Indonesia modern

Jumat, 31 Oktober 2008

Soe hok gie (part 3)


Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:
“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”
“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”
“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

Soe hok gie (part 2)


Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.
Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.
24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Soe hok gie (part 1)







Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942, adik dari sosiolog Arief Budiman. Catatan harian Gie sejak 4 Maret 1957 sampai dengan 8 Desember 1969 dibukukan tahun 1983 oleh LP3ES ke dalam sebuah buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman. Gie meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 — 16 Desember 1969 akibat gas beracun.
Setelah lulus dari SMA Kanisius Gie melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia tahun 1961. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.
Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.
Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.




Komik Lokal Hari in(pahlawan Komik)

Pernah dengar komik2 seperti Gundala, Si Buta dari Gua Hantu dan laen2 ? yups..itu sederetan karya-karya lokal komikus kita yang pernah berjaya beberapa tahun silam. Seiring perkembangan jaman, komik2 itu pun menghilang. Menghilang kemana ? Sebenarnya karya2 itu tidak menghilang, hanya tenggelam di tengah derasnya arus komik impor.
Coba saja tanya pada peminat komik sekarang. Berapa dari mereka yang masih mengingat ato mengoleksi karya2 lokal kita. Tanyakan saja judul2 komik Indonesia yg mereka tau. Jangan2 ada yang menjawab ” Indonesia punya komikus ya?”. Parah memang melihat generasi muda sekarang lebih cenderung pada karya bangsa lain ketimbang milik bangsanya sendiri. Nasionalisme dari pecinta komik yang kian merosot.
Klo dibiarkan seperti ini, lama kelamaan bangsa ini akan kehilangan identitas komik-komik lokal kita. Dan jangan heran bila nantinya kebudayaan asing yg dituangkan dalam komik2 impor tersebut akan lebih dicintai ketimbang budaya sendiri. Salah satu langkah untuk menghindari hal tersebut adalah dengan mengembalikan kejayaan komik2 lokal. Bgaimana caranya?
Kembali ke persoalan awal, bangsa ini sudah terlanjur lekat dengan corak2 komik lokal. Mau bagaimana lagie, untuk membuat suatu corak tersendiri perlu suatu proses. Dan menurut saya, sah-sah saja bila ingin meniru komik2 asing. Agar nantinya terbentuk corak dan karakteristik tersendiri. Satu hal lagi yang paling penting adalah dengan mengaktifkan peran komikus muda. Banyak di kalangan anak muda yang senang akan kegiatan corat-coret, menggambar Manga, (yaa…contohnya saya) dan tidak sedikit dari mereka yang punya bakat tersendiri. klo mereka diberi wadah tersendiri…dimotori oleh komikus2 senior….bsa jadi ujung tombak kebangkitan komik Indonesia.
Menggunakan media2 penelusuran bakat pun tiada salahnya. kenapa juga harus nyanyi ato ngelawak?? Klo dengan corat-coret aja kita bsa dpat byk keuntungan., knapa gak? toh sukses di dalam negri tidak menutup kemungkinan karya kita utk jadi best seller di negri orang. waaaww…..Mau?

Jumat, 24 Oktober 2008

packing

Persiapan

Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.

Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:

* Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, misalnya: Tangkiling-Bukit Batu-Palangkaraya.
* Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok. contoh: satu kelompok (25 personil) terdiri dari 5 orang anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa DIKLAT (peserta)
* Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam contoh : Untuk melakukan DIKLATSAR.
* When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama ? contoh : 23 Februari 2005 sampai dengan 25 Februari 2005


Dari pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu gambaran sebagai berikut: pada tanggal 23-25 Februari 2005 akan diadakan DIKLAT, yang akan dilaksanakan oleh 5 panitia dan diikuti 20 orang siswa DIKLAT. Tempat yang digunakan untuk DIKLAT tersebut yaitu di Tangkiling-Bukit Batu-Palangkaraya.

Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :

* Bagaimana kondisi lokasi
* Bagaimana cuaca disana
* Bagaimana perizinannya
* Bagaimana mendapatkan air
* Bagaimana pengaturan tugas panitia
* Bagaimana acara akan berlangsung
* Bagaimana materi yang disampaikan
* dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)


Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana gegiatan yang didalamnya mencakup rincian :

1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6. dan lain sebagainya.


Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Packing

Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :

1. Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
2. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :

* Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik.
* Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
* Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
* Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.


Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang yang benar-benar perlu.

Memilih dan Menempatkan Barang

Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.

Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.

Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.

Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.

Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.

Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.

Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.

Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.

Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling aman.

Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.

Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.


1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.


2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.


3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bia terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.


4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.

5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].

6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.

7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bial suatu saat basah.

8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mapu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.

9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].
Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.

10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits [lihat pada bagian lain]