Herman Lantang: Habis Pensiun, Jual Kue
Jakarta, KCM
Herman O Lantang, sahabat tokoh pergerakan mahasiswa 1960-an Soe Hok-gie, memiliki keahlian memasak. Kini, sesudah pensiun bekerja dari perusahaan minyak, pria yang dalam film Gie diperani oleh Lukman Sardi ini sejak dua bulan lalu membuka usaha boga sesuai kepandaiannya di luar mendaki gunung dan mengarungi sungai.
Si empunya nomor anggota Mapala UI (Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia) M 016 UI, yang juga mantan ketua Mapala UI (1972-1974), ini kini memiliki toko kue Kelapa Tiga Taart Tempo Doeloe. Kelapa Tiga adalah nama jalan di mana rumah sekaligus tempat usahanya tersebut berada di Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Kata lelaki yang bertubuh lebih tinggi daripada Gie (tak seperti dalam film Gie) ini, ia menjual kue-kue istimewa. "Yang saya jual kue-kue istimewa, kue-kue klasik Belanda," tuturnya kepada KCM, Minggu (17/7) sore.
Sisi lain keseharian Herman itu disampaikan olehnya selepas acara menonton--bersama Mapala UI--film Gie di gedung bioskop 21 Cilandak Town Square, Jakarta Selatan. Acara tersebut digelar serangkai dengan peluncuran buku Jejak Kampus di Jalan Alam, 40 Tahun Mapala UI di Score!, Cilandak Town Square, dan reuni Mapala UI.
Kata Herman lagi, yang didampingi oleh satu dari tiga anaknya, ia memasak sendiri kue-kue itu. Akunya, ia memiliki banyak buku resep kue klasik Belanda, sebut saja oentbijkoek dan klappertaart. Selain itu, "Saya, sebagai orang Manado kan punya banyak tante yang jago masak kue Belanda," lanjut mantan mahasiswa Jurusan Antropologi Fakultas Sastra UI (FSUI) ini.
Cerita Herman, untuk sebuah acara pemutaran film Gie di Jakarta belum lama ini, Mira Lesmana memesan salah satu jenis kuenya dalam jumlah besar.
Di luar soal kue, sehabis menonton film Gie, Herman menilai bahwa film tersebut sudah berhasil menyampaikan misi Gie, sahabatnya yang meninggal dunia di pangkuannya di Gunung Semeru, 16 Desember 1969. "Misi Soe Hok-gie, mencintai alam dan negeri ini," ujar mantan Ketua Senat FSUI ini.
Soal tampilan fisik Nicholas Saputra dan Lukman Sardi, yang tak mirip Gie dan Herman pada 1960-an, Herman tidak memasalahkan. "Saya bisa mengerti kok, Nicholas Saputra, yang ganteng, dipasang untuk menarik penonton. Kalau bukan dia yang dipasang, nanti enggak ada yang menonton," celoteh lelaki berusia 60-an yang gondrong dan beruban ini.
Pendapatnya, "Kalau tampilan fisik para pemainnya mirip, tapi mereka enggak bisa menjiwai karakter kami, ya percuma." Menurutnya, Nico dan Lukman sudah bisa menjiwai karakter Gie dan Lukman. "Sampai gaya jalan Gie, gaya berdiri saya," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar